Kanti![1] Ketika
pertama kali melihat taman ini, saya kagum dan sedikit ‘wah.’ Sudah dua
tahun saya melanglang buana di ibu kota, baru pertama kali melihat
taman bersih, rapi, dan sejuk seperti Taman Suropati. Entah memang taman
ini yang paling bersih se-Jakarta, atau saya-nya yang baru
mengetahuinya. J
Awal saya bertemu dengan Taman Suropati adalah buah dari
ketidaksengajaan alias hasil dari kesasar. Waktu itu saya mau ke
kedutaan Brunei Darussalam, karena saya belum pernah ke daerah itu, saya
memutuskan untuk naik busway, selain murah dan hanya bayar sekali, saya
bisa tanya-tanya pada petugas busway. Akan tetapi karena daerah itu
tidak dilalui jalur busway, kebanyakan mereka menggelengkan kepala,
ketika saya tanyakan letak kedutaan Brunei Darussalam. Ada petugas yang
menerka-nerka, “Kalau gak salah deket kedutaan Malaysia deh, mas.” Tapi
setelah kedutaan Malaysia dilewati belum juga kelihatan kedutaan negeri
Hasanah Bolkiah itu.
Ketika saya tanya jalan Teuku Umar di daerah Menteng, fikiran mereka
langsung terkoneksikan ke jalur-jalur busway, wajah mereka langsung
memancarkan aura
tau banget gitu. “Ooo Menteng, kalau begitu turun di halte Latu Harhari aja, mas. Sudah masuk daerah Menteng, kok.”
Setelah turun, saya bertanya kembali ke petugas penjual tiket. Nah,
dari mbak penjual tiket ini baru saya mendapatkan ‘pencerahan.’
“Mas jalan ke arah jalan Imam Bonjol itu, terus jalan sampai ketemu
pos polisi di perempatan. Mas tanya polisi lagi, soalnya saya bingung
juga ngejelasinnya.” Kata mba yang baik hati itu sambil tangannya
menunjuk ke arah jalan Imam Bonjol.
Petuah mba penjual tiket itu saya ikuti, dan langsung
menyusuri jalan Imam Bonjol yang berada disebelah kanan saya. Ternyata
di jalan Imam Bonjol juga terdapat beberapa kedutaan seperti kedutaan
Republim Islam Iran. Pos polisi yang dimaksud oleh si mba tadi berupa
tenda sederhana berwarna hijau muda, di sana duduk dua orang polisi
sembari mengawasi lalu lintas.
Pertanyaan yang sama saya tanyakan kembali pada pak
Polisi. “Dari sini mas terus jalan—arah kanan—lewat di samping kedutaan
Filipina, teruuuuuuss sampai ketemu perempatan, nah, dari sana mas belok
kiri. Jalan terus dari sana sampai ketemu jalan Teuku Umar, mas tanyain
lagi, deh, kedutaan Brunei Darussalam, gak jauh koq dari kedutaan
Mesir.”
Setelah berterima kasih, saya langsung melesat alias
jalan kaki mengikuti petunjuk Pak Polisi, banyak angkutan disana, tapi
bukannya tidak mau naik taxi, kantong saya hanya cukup untuk makan
siang.
Sesampainya di perempatan yang dimaksud oleh pak Polisi (tepat di
depan gereja), saya bingung kiri apa kanan. Namun dengan ijtihad yang
luar biasa, akhirnya saya pilih kanan. Upss, saya tersasar, namun
saya beruntung karena menjumpai Masjid Agung Sunda Kelapa—masjid yang
legendaris itu—dan kebetulan waktu shalat zuhur sudah masuk.
Alhamdulillah!
Setelah shalat, saya tanya-tanya lagi. Kali ini sama Abg
berjilbab yang sedang mengenakan sepatu. Dengan khas Abg dia menerangkan
jalan Teuku Umar. Dari gerbang utama Masjid Agung Sunda Kelapa belok
kiri, saya jalan terus. Dan akhirnya saya menemukan pesona kehijaun
dengan riak-riak air mancur yang menakjubkan.
Karena tidak sengaja bertemu dengan Taman Suropati, serta
tidak ada niat untuk mengunjungi taman ini, Saya hanya bedecak kagum
saja. Tidak ada aksi potret-memotret karena saya tidak bawa kamera.
Namun untuk yang ke dua kalinya, saya datang bersama teman. Selain
sama-sama punya agenda ke kedutaan, kami bisa saling bergantian
foto-foto.
Diambil dari blog pribadi saya. jejakhikayat.wordpress.com
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf25341.jpg?w=710)
Kanti, asli tidak ada sampah sewaktu kami keliling
Taman Suropati ini. Mungkin dikarenakan taman ini sangat diperhatikan
oleh pengelolanya. Selain bersih, taman ini menawarkan kesejukan
ditengah sengatan matahari, kesejukannya—menurut saya—menyamai ketika
berada di dalam hutan (pernah kan ke dalam hutan?). Bahkan saya kaget
ketika berjalan-jalan, ada seseorang yang tengah asyiknya
ngorok tanpa beban sedikitpun.
Disini juga disediakan temapat duduk disetiap sisi, jadi
bagi yang ingin ngobrol, curhat, ber-haha hihi, ataupun hanya sekedar
merenungi nasib, taman ini cocok sekali untuk aktifitas-aktifitas
tersebut.
Untuk masalah keamanan
kanti jangan risau, di sini
sudah ada pos polisi, dan jumlah personilnya pun ada banyak.
Kemungkinan penyebab seseorang yang saya temukan tadi begitu menikmati
dengkurannya, karena terdapat banyak polisi disini. Jadi kalau ada
apa-apa , tinggal teriak saja. Ya
gak?
Bagi yang butuh suasana baru untuk menulis, dan sering berselancar di dunia antah berantah, disini juga disediakan
free wifi. Kalau tidak percaya,
nih liat!
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2617.jpg?w=710)
Oh iya, di Taman Suropati terdapat penjual kopi keliling, ada pula penjual bakso yang berada dipinggir taman. Coba
kanti
bayangkan, duduk sembari menulis dengan ditemani segelas kopi dan
semangkuk bakso, ditambah lagi udara sejuk yang menjalar keseluruh
tubuh, serta jauh dari hiruk pikuk kendaraan. Luar biasaaaa!
Disini terdapat beberapa bangunan, yang pada awalnya saya
menyangka hanya bangunan penghias taman saja. Namun, setelah bertemu
dengan prasasti yang mencantumkan fungsi-fungsinya, saya baru faham
maskud dari bangunan-bangunan tersebut. Yaitu bangunan-bangunan itu
berupa monumen, untuk mengabadikan enam negara pendiri ASEAN.
- Thailand dengan Fraternity (Persaudaraan).
- Indonesia dengan Peace (Persaudaraan).
- Singapura denga Spirit of Asean (Semangat ASEAN).
- Malaysia dengan Peace, Harmony dan One.
- Brunei Darussalam dengan Harmony (Keharmonisan).
- Filipina dengan Rebirth (Kelahiran kembali).
Kanti, ada sedikit kejadian menegangkan. Waktu saya mengambil gambar di taman ini, rupanya aksi saya mengundang kecurigaan security
of USA Ambasador Resdiance
(pokoknya gitu deh tulisannya), mungkin disangka saya mengambil sampel
untuk aksi kejahatan. Saya dipanggil dan hasil jepretan saya diperiksa.
Saya
nurut saja permintaan om security, dari pada dibentak dan dipentungi.
Setelah saya tanya, rupanya hasil potretan—apapun jenis
kameranya—tidak boleh mengenai pagar-pagar rumah Duta Besar. Saya
akhirnya
ngeh, dan memenuhi permintaan security
of kedutaan besar itu.
Awalnya saya
suuzhan berat sama si security itu, pengen marah
se-marah-marahnya tapi takut. Penyebabnya ada banyak yang foto-foto, kok
hanya saya yang diinterogasi. Padahal aksi mereka lebih aneh lagi dari
aksi saya, ada yang memotret sambil tidur, sambil duduk, sambil
meliuk-liuk. Namun, tidak satupun diantara mereka yang dapat ‘undangan’
security itu. Pada akhirnya
suuzhan saya lenyap tanpa bekas,
setelah seorang cewek yang sedang menjepret temannya, ditegur sama
security tadi. Rupanya mata si security itu jeli juga
yah.
Kanti, penyebab satu-satunya udara disini begitu nyaman,
adalah karena taman ini terdapat banyak pohon tingi lagi lebat. Dan itu
bukan hanya di satu sisi saja, namun di setiap sudut seantero Taman
Suropati. Di sini juga terdapat sekawanan burung merpati dari jenis yang
tidak saya ketahui. Jika kita menaburkan beras, mereka akan mengahmpiri
kita tanpa assalamualaikum terlebih dahulu, terus mematuk-matuk beras
yang kita tebar tadi. Kira-kira begitulah yang dilakukan oleh keluarga
bule.
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2536.jpg?w=710)
Jadi, kalau
kanti butuh kesendirian ditengah kesejukan,
kebersihan dan ketenangan, atau butuh tempat jooging tanpa harus mencium
asap knalpot, saya rasa disinilah tempat yang tepat. Walaupun berada di
tengah kota, taman ini tidak ada sensasi kotanya, yang ada hanyalah
suasana kedamaian. Sebagai penutup saya lampirkan foto-foto Taman
Suropati dari berbagai sisi.
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2543.jpg?w=710)