Suami yang Menyembunyikan Aib Istrinya di Malam Pertama.
![]() |
Sumber Gambar: www.arrahmah.com |
Pada suatu malam, seorang Syaikh di Mesir bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam mimpinya itu Rasulullah saw minta untuk disampaikan salamnya kepada seorang pemuda di suatu daerah di Mesir. Rasulullah pun, dalam mimpi itu, menyebutkan alamatnya lengkap, nama dan ciri-ciri pemuda tersebut.
Dengan penuh keyakinan, Syaikh tersebut lalu mencari alamat yang disebutkan oleh Rasulullah saw di dalam mimpinya. Dan ia sungguh takjub, bahwa orang dan alamat yang diceritakan di dalam mimpinya itu benar-benar ada.
Orang yang diceritakan di dalam mimpinya itu ternyata seorang pemuda yang telah beristri. Tibalah Syaikh bertamu kerumahnya. Dengan penuh keheranan Syaikh bertanya kepada suami itu.
![]() |
Ilustrasi sang Syaikh. Sumber gambar: shoutussalam.org |
Sang pemuda tersebut termenung sejenak, matanya berlinang menahan tangis. Seketika suasana menjadi hening. Sang Syaikh pun terdiam hingga sang pemuda tersebut memulai ceritanya.
![]() |
Ilustrasi sang pemuda. Sumber gambar: www.makintau.com |
"Wahai Syaikh, kisah ini sudah kusimpan selama bertahun-tahun, dan tak satu orang pun kuberi tahu." Kata sang pemuda dengan suara gemetar.
"Namun Syaikh, aku yakin kebenaran mimpimu itu. Oleh karena itu duhai Syaikh, maukah engkau berjanji tidak menyebut namaku ketika engkau menceritakan kisah ini kepada orang lain, kelak?"
Dengan menghela nafas, sang Syaikh menjawab, "Insya Allah, wahai pemuda."
Suara pemuda tersebut tercekak ketika memulai ceritanya. "Wahai Syaikh, ketika malam pertamaku bersama dengan seorang gadis pujaanku tiba, aku sangat senang layaknya pengantin baru waktu itu. Jantungku berdebar-debar tak karuan, aku merasakan panas dingin."
Pemuda itu pun melanjutkan ceritanya. "Dengan malu-malu kudekati pujaan hatiku itu. Namun duhai Syaikh, tiba-tiba pujaan hatiku merintih kesakitan sembari memegang perutnya, padahal sedikit pun belum kusentuh."
Sampai di sini, air mata pemuda tersebut mulai membahasi kedua pipinya.
"Aku terkejut, ternyata ia merintih karena sakit akan melahirkan. Ku coba untuk memeriksa, dan ternyata benar, pujaan hatiku, sekarang ini, akan melahirkan seorang anak."
"Tahukah engakau duhai Syaikh, hatiku hancur, sakit, aku merasa dikhianati. Setan pun mulai menggodaku. Ia membisikkan agar aku segera mencekik lehernya." Tutur sang pemuda.
"Namun, hatiku luluh ketika ia meminta bantuanku, menggapai-gapai tanganku sembari menahan sakit yang tiada terkira. Kubuang jauh-jauh rasa egoisku. Dengan cepat kubantu ia bersalin. Walaupun aku tak punya ilmu tentang persalinan, entah mengapa tanganku seperti ada yang menuntun, sehingga persalinannya pun berhasil dengan selamat." Aku sang pemuda tersebut.
"Duhai Syaikh, setelah bayi itu lahir perasaanku berkecamuk. Godaan untuk membunuh istriku kembali datang. Namun aku cepat-cepat beristigfar. Aku benar-benar meminta pertolongan dan perlindungan Allah."
Aku termenung sejenak sambil bertanya di dalam hati. "Hendak ku kemanakan bayi ini?"
Hingga akhirnya Allah melapangkan hatiku dan sejak itu aku bertekad untuk menutupi aib istriku sendiri. Sebab masih tergambar dengan jelas bagaimana bahagianya diriku ketika mengikrar janji untuk menjadi Imam dan pelindungnya. Aku berkata di dalam hati, "Bagaimanapun aib dirinya, juga aibku, harus kurahasiakan."
Aku termenung sejenak sambil bertanya di dalam hati. "Hendak ku kemanakan bayi ini?"
Hingga akhirnya Allah melapangkan hatiku dan sejak itu aku bertekad untuk menutupi aib istriku sendiri. Sebab masih tergambar dengan jelas bagaimana bahagianya diriku ketika mengikrar janji untuk menjadi Imam dan pelindungnya. Aku berkata di dalam hati, "Bagaimanapun aib dirinya, juga aibku, harus kurahasiakan."
![]() |
Ilustrasi sang bayi. Sumber gambar: www.memobee.com |
"Akhirnya, duhai Syaikh, Allah memberikanku sebuah ide. Setelah dibersihkan, bayi tersebut kubawa ke halaman masjid, dan kuletakkan di dekat tiang listrik. Dan untungnya bayi tersebut dalam keadaan tidur nyenyak. Sementara itu, aku bersembunyi dalam kegelapan mengawasinya."
"Ketika Muazzin masjid mengumandangkan azan, bayi itu pun kaget terperanjat. dan ia menangis keras."
"Mendengar tangisan bayi yang tak berhenti, para jama'ah berhamburan keluar menacari sumber asal tangis tersebut, hingga mereka mendapatinya di tempat tadi."
"Suasana pun menjadi gaduh. Namun, saat inilah yang kutunggu-tunggu. Aku keluar dari persembunyianku dan berpura-pura tak mengenali bayi itu."
"Bayi siapa itu?" Tanyaku pada salah seorang jamaah.
"Entahlah, mungkin anak ini sengaja dibuang oleh orang tuanya." Jawab salah seorang jamaah.
"Terus bagaimana? apakah anak ini kita biarkan di sini saja?" Lanjutku.
Para jamaah pun bingung, hendak dikemanakan bayi tersebut, lagi pula di tempatku juga tidak ada panti asuhan.
Melihat kebingungan jamaah, aku berujar kepada mereka, "Bagaimana kalau anak tersebut aku saja yang mengadopsinya, lagi pula kalian kan tahu kalau aku baru menikah tadi siang, dan aku rasa istriku sangat senang meneia bayi ini."
Para jamaah pun setuju dengan tawaranku. Dengan hati lega kubawa anak tiriku itu ke rumah bertemu ibunya.
Setelah peristiwa itu, istriku meminta maaf padaku karena tidak berterus terang. Ia, sungguh wahai Syaikh, benar-benar telah bertaubat jauh sebelum kami menikah. Dan dengan ikhlas aku menerima kenyataan ini.
Dan Alhamdulillah, duhai Syaikh, sampai sekarang tak satu orang pun mengetahui kejadian sebenarnya, kecuali engkau sendiri, wahai Syaikh. Jika Syaikh berniat menceritakan kisah ini, kumohon Syaikh tidak menyebut namaku, istriku, anakku ini dan desa ini wahai Syaikh.
Sembari menangis, Syaikh itu pun menyanggupi permintaan pemuda tersebut.
Sembari menangis, Syaikh itu pun menyanggupi permintaan pemuda tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar di sini.