Taman Suropati di Menteng Yang Mentereng. Cihuiii!
Awal saya bertemu dengan Taman Suropati adalah buah dari ketidaksengajaan alias hasil dari kesasar. Waktu itu saya mau ke kedutaan Brunei Darussalam, karena saya belum pernah ke daerah itu, saya memutuskan untuk naik busway, selain murah dan hanya bayar sekali, saya bisa tanya-tanya pada petugas busway. Akan tetapi karena daerah itu tidak dilalui jalur busway, kebanyakan mereka menggelengkan kepala, ketika saya tanyakan letak kedutaan Brunei Darussalam. Ada petugas yang menerka-nerka, “Kalau gak salah deket kedutaan Malaysia deh, mas.” Tapi setelah kedutaan Malaysia dilewati belum juga kelihatan kedutaan negeri Hasanah Bolkiah itu.
Ketika saya tanya jalan Teuku Umar di daerah Menteng, fikiran mereka langsung terkoneksikan ke jalur-jalur busway, wajah mereka langsung memancarkan aura tau banget gitu. “Ooo Menteng, kalau begitu turun di halte Latu Harhari aja, mas. Sudah masuk daerah Menteng, kok.”
Setelah turun, saya bertanya kembali ke petugas penjual tiket. Nah, dari mbak penjual tiket ini baru saya mendapatkan ‘pencerahan.’
“Mas jalan ke arah jalan Imam Bonjol itu, terus jalan sampai ketemu pos polisi di perempatan. Mas tanya polisi lagi, soalnya saya bingung juga ngejelasinnya.” Kata mba yang baik hati itu sambil tangannya menunjuk ke arah jalan Imam Bonjol.
Petuah mba penjual tiket itu saya ikuti, dan langsung menyusuri jalan Imam Bonjol yang berada disebelah kanan saya. Ternyata di jalan Imam Bonjol juga terdapat beberapa kedutaan seperti kedutaan Republim Islam Iran. Pos polisi yang dimaksud oleh si mba tadi berupa tenda sederhana berwarna hijau muda, di sana duduk dua orang polisi sembari mengawasi lalu lintas.
Pertanyaan yang sama saya tanyakan kembali pada pak Polisi. “Dari sini mas terus jalan—arah kanan—lewat di samping kedutaan Filipina, teruuuuuuss sampai ketemu perempatan, nah, dari sana mas belok kiri. Jalan terus dari sana sampai ketemu jalan Teuku Umar, mas tanyain lagi, deh, kedutaan Brunei Darussalam, gak jauh koq dari kedutaan Mesir.”
Setelah berterima kasih, saya langsung melesat alias jalan kaki mengikuti petunjuk Pak Polisi, banyak angkutan disana, tapi bukannya tidak mau naik taxi, kantong saya hanya cukup untuk makan siang.
Sesampainya di perempatan yang dimaksud oleh pak Polisi (tepat di depan gereja), saya bingung kiri apa kanan. Namun dengan ijtihad yang luar biasa, akhirnya saya pilih kanan. Upss, saya tersasar, namun saya beruntung karena menjumpai Masjid Agung Sunda Kelapa—masjid yang legendaris itu—dan kebetulan waktu shalat zuhur sudah masuk. Alhamdulillah!
Setelah shalat, saya tanya-tanya lagi. Kali ini sama Abg berjilbab yang sedang mengenakan sepatu. Dengan khas Abg dia menerangkan jalan Teuku Umar. Dari gerbang utama Masjid Agung Sunda Kelapa belok kiri, saya jalan terus. Dan akhirnya saya menemukan pesona kehijaun dengan riak-riak air mancur yang menakjubkan.
Karena tidak sengaja bertemu dengan Taman Suropati, serta tidak ada niat untuk mengunjungi taman ini, Saya hanya bedecak kagum saja. Tidak ada aksi potret-memotret karena saya tidak bawa kamera. Namun untuk yang ke dua kalinya, saya datang bersama teman. Selain sama-sama punya agenda ke kedutaan, kami bisa saling bergantian foto-foto.
Diambil dari blog pribadi saya. jejakhikayat.wordpress.com
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf25341.jpg?w=710)
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2518.jpg?w=710)
Kanti, asli tidak ada sampah sewaktu kami keliling Taman Suropati ini. Mungkin dikarenakan taman ini sangat diperhatikan oleh pengelolanya. Selain bersih, taman ini menawarkan kesejukan ditengah sengatan matahari, kesejukannya—menurut saya—menyamai ketika berada di dalam hutan (pernah kan ke dalam hutan?). Bahkan saya kaget ketika berjalan-jalan, ada seseorang yang tengah asyiknya ngorok tanpa beban sedikitpun.
Disini juga disediakan temapat duduk disetiap sisi, jadi bagi yang ingin ngobrol, curhat, ber-haha hihi, ataupun hanya sekedar merenungi nasib, taman ini cocok sekali untuk aktifitas-aktifitas tersebut.
Untuk masalah keamanan kanti jangan risau, di sini sudah ada pos polisi, dan jumlah personilnya pun ada banyak. Kemungkinan penyebab seseorang yang saya temukan tadi begitu menikmati dengkurannya, karena terdapat banyak polisi disini. Jadi kalau ada apa-apa , tinggal teriak saja. Ya gak?
Bagi yang butuh suasana baru untuk menulis, dan sering berselancar di dunia antah berantah, disini juga disediakan free wifi. Kalau tidak percaya, nih liat!
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2617.jpg?w=710)
Oh iya, di Taman Suropati terdapat penjual kopi keliling, ada pula penjual bakso yang berada dipinggir taman. Coba kanti bayangkan, duduk sembari menulis dengan ditemani segelas kopi dan semangkuk bakso, ditambah lagi udara sejuk yang menjalar keseluruh tubuh, serta jauh dari hiruk pikuk kendaraan. Luar biasaaaa!
Disini terdapat beberapa bangunan, yang pada awalnya saya menyangka hanya bangunan penghias taman saja. Namun, setelah bertemu dengan prasasti yang mencantumkan fungsi-fungsinya, saya baru faham maskud dari bangunan-bangunan tersebut. Yaitu bangunan-bangunan itu berupa monumen, untuk mengabadikan enam negara pendiri ASEAN.
- Thailand dengan Fraternity (Persaudaraan).
- Indonesia dengan Peace (Persaudaraan).
- Singapura denga Spirit of Asean (Semangat ASEAN).
- Malaysia dengan Peace, Harmony dan One.
- Brunei Darussalam dengan Harmony (Keharmonisan).
- Filipina dengan Rebirth (Kelahiran kembali).
Setelah saya tanya, rupanya hasil potretan—apapun jenis kameranya—tidak boleh mengenai pagar-pagar rumah Duta Besar. Saya akhirnya ngeh, dan memenuhi permintaan security of kedutaan besar itu.
Awalnya saya suuzhan berat sama si security itu, pengen marah se-marah-marahnya tapi takut. Penyebabnya ada banyak yang foto-foto, kok hanya saya yang diinterogasi. Padahal aksi mereka lebih aneh lagi dari aksi saya, ada yang memotret sambil tidur, sambil duduk, sambil meliuk-liuk. Namun, tidak satupun diantara mereka yang dapat ‘undangan’ security itu. Pada akhirnya suuzhan saya lenyap tanpa bekas, setelah seorang cewek yang sedang menjepret temannya, ditegur sama security tadi. Rupanya mata si security itu jeli juga yah.
Kanti, penyebab satu-satunya udara disini begitu nyaman, adalah karena taman ini terdapat banyak pohon tingi lagi lebat. Dan itu bukan hanya di satu sisi saja, namun di setiap sudut seantero Taman Suropati. Di sini juga terdapat sekawanan burung merpati dari jenis yang tidak saya ketahui. Jika kita menaburkan beras, mereka akan mengahmpiri kita tanpa assalamualaikum terlebih dahulu, terus mematuk-matuk beras yang kita tebar tadi. Kira-kira begitulah yang dilakukan oleh keluarga bule.
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2536.jpg?w=710)
Jadi, kalau kanti butuh kesendirian ditengah kesejukan, kebersihan dan ketenangan, atau butuh tempat jooging tanpa harus mencium asap knalpot, saya rasa disinilah tempat yang tepat. Walaupun berada di tengah kota, taman ini tidak ada sensasi kotanya, yang ada hanyalah suasana kedamaian. Sebagai penutup saya lampirkan foto-foto Taman Suropati dari berbagai sisi.
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2592.jpg?w=710)
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2625.jpg?w=710)
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2573.jpg?w=710)
![Gambar](https://jejakhikayat.files.wordpress.com/2013/02/dscf2543.jpg?w=710)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar di sini.